Jadi kalau ditanya, sistem apa yang terbaik, tentu yang bisa mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa.
Jakarta (ANTARA) - Pengamat isu strategis dan politik internasional Prof Imron Cotan mengatakan demokrasi di Indonesia masih dalam proses pematangan, sehingga sistem pemilihan umum (pemilu) apa pun tidak menjadi persoalan, selama mengedepankan peningkatan kualitas demokrasi.
“Apa pun sistem pemilu yang dipakai tidak menjadi soal, asalkan berkelanjutan dan dapat meningkatkan kualitas demokrasi. Sebab, saat ini demokrasi di Indonesia masih dalam proses pematangan,” kata Imron Cotan dalam webinar nasional bertajuk “Pemilu Proporsional Tertutup: Kontroversi”, dipantau dari kanal YouTube Moya Institute, Jakarta, Jumat.
Pemilihan umum merupakan instrumen dan menjadi bagian dari sistem demokrasi yang pelaksanaannya bisa menyesuaikan kebutuhan berdasarkan konteks waktu dan tempat. Demokrasi sendiri, ujar Imron, tidak mempunyai bentuk baku yang dapat diterapkan sebagai model yang sama di setiap negara.
“Jadi kalau ditanya, sistem apa yang terbaik, tentu yang bisa mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa,” ujarnya.
Belakangan, perdebatan mengenai sistem pemilihan umum kembali mencuat terkait apakah akan menggunakan sistem proporsional tertutup atau terbuka.
PDI Perjuangan mengusulkan sistem pemilu dengan sistem proporsional tertutup dengan alasan ongkos politik yang lebih murah, mencegah liberalisasi, serta potensi politik uang yang lebih kecil.
Namun, pendapat PDI Perjuangan ditentang delapan partai politik di parlemen.
Guru Besar Universitas Bhayangkara Jaya dan peneliti senior BRIN Prof Hermawan Sulistyo menyebutkan, prinsip dasar dari pemilu yakni setiap orang sejak lahir mempunyai kedaulatan terhadap dirinya sendiri. Agar tidak terjadi konflik, maka dibuat pengaturan.
“Nah yang membuat pengaturan tersebut adalah orang yang kita pilih di eksekutif maupun legislatif,” ujar Hermawan.
Direktur Eksekutif Moya Institute Hery Sucipto memaparkan, sistem proporsional tertutup maupun terbuka pernah dipraktikkan sejak awal reformasi sampai sekarang dalam kehidupan politik bernegara Indonesia.
Kendati demikian, Hery berpendapat, tidak ada sistem yang satu tidak lebih sempurna dibandingkan dengan yang lainnya.
“Apa pun nantinya yang dipilih, harus mampu meningkatkan kualitas demokrasi,” ujar Hery.
Baca juga: Pakar khawatir proporsional tertutup kuatkan karakteristik otoritarian
Baca juga: Aspeppi nyatakan sikap tolak sistem proporsional tertutup
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023